Tag Archives: manusia

Makhluk Egois

Standard

Postingan ini sebenarnya hanyalah sebuah pemikiran sesaat sesat di pagi hari. Setelah membaca berita semingguan ini dan setelah mengalami beberapa “cobaan hidup” yang datang silih berganti. #lebay :mrgreen:

Manusia adalah manusia. Kalau saya bisa mengartikan secara implisit tentang arti manusia, maka saya akan mengatakan bahwa manusia adalah makhluk egois. Mengapa?

Tidak bisa dipungkiri bahwa,manusia yang secara biologis bernama homo sapiens ini memiliki insting untuk selalu mempertahankan hidupnya. Dari semenjak jaman purba, manusia mempertahankan hidup dari kondisi biologis: seleksi alam, hingga masa kini, manusia bertahan hidup dari segala ancaman lingkungan berupa: harta, tahta, wanita. Insting ‘kehewanan’ akan memaksa manusia untuk dapat selalu bertahan di dalam ancaman ini, dengan satu tindakan: menjadi egois.

Banyak pejabat korupsi, memakan uang yang sebenarnya bukan hartanya, menerima suapan kolusi, mendirikan dinasti jabatan nepotisme, tanpa memikirkan nasib orang lain, bukankah itu egois?
Bermuka dua di depan bos, untuk mempertahankan posisi di kantor, tanpa berpikir bahwa tidak semua orang akan menerima kebaikan palsunya, bukankah itu egois?
Menyalahkan orang lain, tidak menghargai pendapat dan pertanyaan orang lain, tanpa berpikir bahwa bisa jadi dia yang salah, atau bagaimana jika pendapat dan pertanyaannya tidak dihargai, diacuhkan, bahkan dicaci maki. Bukankah itu egois?
Berselingkuh, bermain hati dengan wanita(atau pria) lain, tanpa menyadari bahwa tidak akan ada dua hati dalam satu rongga, komitmen yang diawali dengan janji yang tulus bisa kandas di tengah jalan, tanpa berpikir nasib anak – anaknya, martabat keluarganya, perasaan istri (atau suami)-nya. Bukankah itu egois?

Egois memang sifat dasar manusia. Saya berpikir bahwa setiap orang pada dasarnya egois. Everyone. Included me.

Sudah memang dasarnya egois, seharusnya setiap manusia yang menyadari hal ini: harus memiliki sikap tenggang rasa. Saling merasakan jika dalam kondisi susah yang mendesak, yang memungkinkan manusia lainnya untuk mengambil sikap lebih egois (dari kodratnya). Sakit hati itu bukankah side effect dari sikap egois? (jika tanpa tenggang rasa). Jadi jika tidak ingin sakit hati, jangan egois milikilah jiwa tenggang rasa.

No Edited

Standard

Bagi orang awam yang sama sekali tak mengerti seni fotografi seperti saya, terkadang, gambar yang tanpa di-edit itu tampak asli dan lebih indah ya, seperti gambar ini.

Bunga mawar yang Lala terima saat persiapan wisuda

Bunga mawar yang Lala terima saat persiapan wisuda

Sama seperti manusia. Manusia yang ‘di-edit’, disamar – samarkan kekurangannya, ditutup – tutupi kesalahannya, sudah tak tampak asli lagi, semakin hilang “keindahannya”. Bukankah manusia itu tempatnya luput dan dosa, yang tak akan pernah terlepas dari kekurangan dan kesalahan? Jikalau musti ‘di-edit’ untuk ditonjol – tonjolkan kelebihannya saja, seakan – akan tak tampak bahkan tak ada kekurangannya, lalu muncullah sebuah pertanyaan : apakah benar dia adalah manusia?

Tulisan ini hanyalah segelintir uneg – uneg, berpikir bahwa banyak sekali manusia ‘editan’ di dunia ini.

Original photo by Laura Yuliardhilla a.k.a Lala Laura